Wednesday, June 17, 2015

5 Hal yang Harus Orang Indonesia Tiru dari Orang Jepang

Saat jalan-jalan ke Jepang, jangan hanya terpukau oleh beragam destinasinya saja. Kehidupan masyarakat Jepangnya sendiri dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga. Dari bagaimana caranya hidup bersih bebas sampah, sampai tertib saat berkendara.

Bagi yang sudah pernah ke Jepang, pasti setuju kalau hidup di sana sungguh nyaman. Jalanan bebas dari sampah, tidak ada suara bising klakson di jalanan hingga orang-orangnya yang patuh kepada rambu-rambu lalu lintas. Berikut 5 hal yang harus Anda tiru dari kehidupan orang Jepang:

1. Makan sehat dan makan sebelum kenyang
Tingkat harapan hidup masyarakat Jepang sangat tinggi. Maka jangan heran, melihat banyak manula yang masih bugar berjalan di pedestarian atau masih mengayuh sepedanya.
Buktinya seorang pemandu setempat bernama Tatsuo Yoshino atas undangan dari Japan National Tourism Organization (JNTO) dan Cathay pacific beberapa waktu, usianya sudah 75 tahun. Namun, dirinya masih sanggup berjalan kaki dan mengikuti rangkaian perjalanan dari Fukuoka sampai ke Tokyo.

Yoshino pun mengungkapkan tentang rahasia umur panjang orang Jepang. Salah satunya yang paling utama, yakni menitikberatkan soal makanan. Apa itu?
"Kami (orang Jepang) makannya tidak banyak dan tidak sampai kenyang," tegasnya.

Ya, makan sampai kenyang tentu bisa membuat orang menjadi ngantuk dan malas beraktivitas. Selain itu, Yoshino berujar, makanan yang di makan orang Jepang rata-rata adalah sayuran dan ikan yang itu semua direbus.
"Lebih suka makan sayur dan makanan-makanan yang direbus. Lihat saja menu makanan yang ada di Jepang, pasti tidak jauh dari kedua itu," tuturnya.

2. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas
Satu hal yang membuat traveler nyaman saat melancong ke Jepang adalah karena jalanan di sana yang sangat tertib. Para pengendara mobil, sepeda motor dan bus, mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
Kendaraan bermotor tidak ada yang parkir sembarangan di jalan. Lampu lalu lintas pun begitu dipatuhi, yang mana tidak ada kendaraan yang nyelonong jalan saat lampu sudah berwarna merah.
Para pengendara juga berhenti di belakang garis penyebrang jalan, yang membuat orang nyaman untuk menyebrang. Mereka juga mengendarai kendaraan di jalur yang sudah disediakan.

"Semua orang tahu diri di jalan. Ketika hijau kendaraan jalan, saat merah kendaraan berhenti dan jika ada yang menyeberang kendaraan akan berhenti untuk memberi ruang," papar Yoshino
Tentu saja, itu membuat rasa nyaman dan juga aman untuk traveler. Mereka tak perlu was-was ada kendaraan yang ugal-ugalan dan berhenti seenaknya.

3. Jarang pencet klakson
Masih soal jalanan, hal lainnya yang harus dicontoh dari orang Jepang yakni jarang memencet klakson kendaraan. Dari kota kecil sampai kota besar di sana, pasti sangat jarang mendengar klakson kendaraan di jalanan.
"Untuk apa membunyikan klakson kalau bukan untuk sesuatu yang penting. Bisa membuat bising," kata Yoshino.

Di Tokyo misalnya, kota yang masuk daftar kota paling padat penduduknya di dunia dengan 13 juta penduduk, Akan jarang mendengar klakson bersahutan. Meski jalanan sedang padat sampai menimbulkan kemacetan, namun tidak membuat orang-orang di sana memencet klakson untuk melampiaskan kekesalannya.

Kemudian contoh lainnya, saat lampu lalu lintas sudah hijau, para pengendara akan sabar melaju pelan-pelan dan menunggu kendaraan di depannya maju terlebih dulu. Mereka seolah tidak butuh klakson sebagai pengingat, karena semuanya saling menghargai satu sama lain. Lagipula, suara klakson di jalanan bisa membuat stress bukan?
"Semua orang menghargai apa yang dilakukan orang lain," ujar Yoshino.

4. Hidup hemat
Jepang adalah negara maju dan punya teknologi canggih. Anehnya, kebanyakan orang-orang Jepang malah masih memilih sepeda roda dua dibanding naik kendaraan bermotor seperti mobil atau motor. Mengapa begitu?

"Kami naik sepeda karena hemat biaya," tutur Yoshino.
Hemat, itulah alasannya. Mereka bisa saja membeli mobil atau naik kereta untuk berpergian. Tapi kembali, kalau jaraknya dekat dan masih bisa ditempuh dengan naik sepeda, mereka bakal memilih sepeda.

Dengan naik sepeda, ongkos naik kendaraan dapat dialihkan untuk kebutuhan yang lain. Harga sepeda di sana sendiri mencapai 40 ribu Yen atau jika dirupiahkan setara Rp 4 juta.
Asyiknya, pemerintah Jepang menyediakan jalur sepeda yang nyaman. Para pesepeda pun diizinkan untuk naik ke pedestarian, dengan catatan harus mengalah dari pejalan kaki.

Selain naik sepeda, orang-orang Jepang juga suka berjalan kaki. Lagi-lagi alasannya sama, selama jaraknya masih dekat dan bisa ditempuh maka mereka akan berjalan kaki. Baik naik sepeda atau jalan kaki, dua-duanya merupakan cara menghemat biaya. Serta, membuat tubuh jadi lebih sehat!

5. Tidak membuang sampah sembarangan
Hal terakhir yang bisa dicontoh dari orang Jepang adalah mereka tidak membuang sampah sembarangan. Sebabnya dua alasan, pertama karena mereka sudah sadar kalau membuang sampah bukanlah sesuatu yang baik. Kedua, pemerintah sudah menyiapkan tempat sampah untuk berbagai jenisnya yang memudahkan untuk membuang sampah.

Bagi masyarakat Jepang sendiri, membuang sampah di jalanan bukanlah budaya mereka. Mereka akan enggan melakukannya sebab akan menganggu pemandangan dan lingkungannya bakal dicap jelek.

"Karena kota kita adalah kebanggan kita, makanya kita harus menjaganya," tegas Yoshino.
Kemudian soal tempat sampah. Lihat saja, tempat sampah-tempat sampah di Jepang biasanya dibagi (paling sedikit) tiga jenis. Sampah kering, sampah basah bekas makanan dan sampah untuk botol. Di kota-kota besar seperti Tokyo, malah ditambahkan tempat sampah untuk membuang bekas koran dan majalah.

Kesadaran orang-orang Jepang yang hidup bersih memang patut dicontoh. Tak hanya berdampak bagi mereka, melainkan juga kepada traveler yang akan membuat nyaman untuk jalan-jalan.

No comments:

Post a Comment